Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Dia adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab. Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo,
dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati
Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (
Volks-School).
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda
dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis,
selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia
mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam.
Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka
tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik
dan menangkap watak seni lukis Barat.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "
wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-1843),
dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke
Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis
legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan
dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat,
untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair
untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah
lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya
itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk
pigura-pigura besar.
Belum ada tanggapan untuk "Raden Saleh Sjarif Boestaman (Raden Saleh)"
Posting Komentar